09 November 2015

REALITA DAN HARAPAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH

Oleh : Kamal Ibrahim
Mahasiswa STEI SEBI


Persepsi masyarakat tentang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia masih kurang baik. Masih banyak anggapan bahwa LKS sama seperti dengan lembaga keuangan lainnya, terbukti dengan rendahnya market share perbankan syariah di Indonesia yang belum mencapai 5 %. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi lembaga keuangan syariah, untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. pemrintha pun turut serta dalam proses sosialisasi keuangan syariah di Indonesia, seperti mengadakan GRES (Gerakan Ekonomi Syariah) dan kegiatan lainnya.
Kesulitan lainnya datang dari diri masyarakat, karena masih banyak orang yang belum bersingungan dengan dunia perbankan. Menurut Bank Indonesia sekitar 50% masyarakat Indonesia yang berhubungan langsung dengan perbankan. Disinilah peran LKS dalam menyasar 50 %

31 Julie 2015

REFLEKSI HARI ZAKAT NASIONAL BAZNAS KOTA DEPOK

                                                             Kamal Ibrahim
( Aktivis Kelompok Kepakaran Ekonomi Islam STEI SEBI & Dompet Dhuafa)

Di Indonesia, bulan Ramadhan identik dengan “bulan zakat”. Pada masa ini, hampir semua lembaga zakat melakukan kampanye yang massif untuk menggalang dana zakat dan kedermawanan Islam lainnya. Hampir di setiap sudut kota, mulai dari jalan raya hingga gang-gang sempit, terpampang ajakan berzakat melalui berbagai lembaga. Ada yang sekedar menggunakan spanduk kain biasa, namun tak sedikit pula yang majang melalui papan reklame berbayar (billboard).

Fenomena Ramadhanomic

Kamal Ibrahim
( Aktivis Komunitas Kepakaran Ekonomi Islam SEBI - Dompet Dhuafa )

Telah dimuat di media cetak : Monitor Depok ( Kamis, 9 Juli 2015 )

Setiap tahunnya, kenaikan harga bahan pokok selalu menimbulkan kegaduhan. Media massa berkali-kali memuat dan menayangkan melambungnya harga beras, bawang, hingga jengkol. Kita pun seolah tak bosan, karena selalu terjadi dan terus terjadi, terutama saat Ramadhan dan jelang hari raya. Pemerintah pun terkesan membiarkan. Tak ada langkah konkret yang diambil.
Sebenarnya, kondisi seperti wajar terjadi. Sesuai dengan hukum penawaran-permintaan, ketika permintaan tinggi, maka harga-harga akan melambung tinggi. Saat Ramadhan, tingkat konsumsi masyarakat memang melonjak tinggi. Tak ayal, peluang ini juga dimainkan oleh tengkulak yang menimbun dan tidak bertanggungjawab.Tentu saja masyarakat merasa terbebani dengan harga barang yang melonjak tinggi. Penghasilan mereka yang pas-pasan “dipaksa” memenuhi kebutuhan mereka.

Antara Pekerjaan dan Pengabdian

Dilema dan kebimbangan menjadi salah satu masaah yang sering dihadapi oleh kalangan remaja saat ini, tak terkecuali seorang aktivis kampus. Namun yang berbeda adalah cara penyelesainnya yang melibatkan Allah Swt sebagai Pemberi solusi terbaik. Mahasiswa tingkat III ini yang sering disapa Baim ini mengalami hal demikian, dia bimbang ketika ada beberapa pilihan yang harus dia ambil. Satu ketika, disaat mahasiswa lainnya sedang sibuk mempersiapkan ujian semester genap, hal yang berbeda dirasakan oleh Baim yang fokus untuk mengikuti tes sebagai “ amil ” disebuah lembaga zakat nasional.
Hal ini dia ambil karena dia harus menghidupi keluarganya. Karena sang ayah sudah masuk waktu pensiun. Hingga semester ini, dia selalu mendapatkan IPK diatas 3,6, sebuah nilai yang cukup baik bagi seorang aktivis kampus. Namun UAS kali ini sangat berbeda, pikirannya buyar karena harus mengikuti ujian masuk sebagai pegawai. Kedua pilihan ini cukup berat, karena seperti yang diketahui selama ini. Ketika orang sudah bekerja, maka tidak sedikit orang yang meninggalkan kuliahnya karena segudang aktivitasnya.

30 Mei 2015

Solusi Syariah Bagi Penggiat Bisnis Online (1)

Kamal Ibrahim
Penerima manfaat Beasiswa Dompet Dhuafa – STEI SEBI

Keterbatasan waktu untuk mencari kebutuhan yang semakin meningkat menjadi permasalahan masyarakat saat ini. Beragam cara mulai ditawarkan oleh pembeli untuk memanjakan para pelanggan mereka, mulai dari delivery order hingga online shop yang kini menjadi solusi kemudahan para penjual dan pembeli dalam bertransaksi. Penjual tidak perlu lagi “ bertatap wajah ” dengan para pelanggan untuk melayani mereka. Pelanggan cukup mengunggah barang yang ingin di jual dan ketika pihak pembeli menyetujuinya, penjual pun siap mengirim barang ke lokasi pembeli.
Kemudahan ini menjadi keuntungan bagi kedua belah pihak, kemajuan IT dimanfaatkan oleh para penjual untuk meraup untuk yang lebih dan mudah. E-commerce menjadi pendukung bagi pelaku online shop dalam bertansaksi. Namun tidak sedikit konsumen yang kecewa atas transaksi online shop, barang yang diterima terkadang tidak sesuai dengan harapan. Bahkan dalam berita yang dipublikasikan oleh merdeka.com mengatakan, sekitar 78 % pembeli online kcewa. Hal ini menjadi tantangan bagi para penjual online yang jujur untuk tetap memerhatikan kepuasan konsumen mereka agar tetap loyal.