03 Maart 2015

Membangun Masyarakat Madani

Kamal Ibrahim
Mahasiswa STEI SEBI - Penerima Beasiswa Kepakaran SEBI-Dompet Dhuafa

“ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka delain Dia ”.
( QS : Ar-Ra’d : 13 )
Dalam Al-qur’an Allah telah menjelaskan tentang keadaan suatu kaum dapat mereka ubah ketika mereka ingin mengubah kondisi mereka sendiri. Harus ada usaha yang kita lakukan agar Allah Swt mengubah kondisi kita. Hal ini berlaku pada sebuah masyarakat, keadaan masyarakat di Indonesia saat ini kehilangan jati diri. Kita lebih bangga ketika bergaya ala barat yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hedonisme dan Westernisasi menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia yang kental dengan budaya timur.
Di dalam Islam sendiri, Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana langkah-langkah dalam membangun masyarakat yang madani. Rasulullah telah membuktikan bahwa belaiu bisa membangun masyarakat di madinah, ini adalah contoh yang harus kita lakukan untuk bisa membangun masyarakat yang madani. Dibutuhkan sebuah langkah konkrit yang harus segera dilakukan untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Karena ini menjadi “pekerjaan rumah” bagi kita yang peduli akan kondisi masyarakat yang jauh dari predikat masyarakat yang madani.

  Ada 3 elemen penting yang saat ini bisa terlibat dalam proses pembentukan masyarakat madani. Langkah ini memang bukan sesuatu yang memudah, setidaknya penulis berhipotesa 3 elemen ini dapat menjadi langkah awal pembentukan masyarakat yang madani. Yaitu : 
Ketiga elemen ini sangat berpengaruh dalam pembentukan masyarakat madani. Dalam praktek sehari-hari pembenahan yang dilakukan terhdap ketiga elemen ini dilakukan secara parsial. Hal ini yang menyebabkan pembenahan tidak berjalan secara efektik. Gerakan social ini harus segera digalakan untuk bisa menengani masalah-masalah social di Indonesia.
Ibu-ibu merupakan elemen yang cukup penting, karena salah satu perannya adalah madrosatul ula bagi anak-anak mereka. Selama ini ibu-ibu sering melakukan perkumpulan namun tidak manfaatkan secara maksimal seperti : majelis ta’lim, arisan dan lain-liannya. Momentum ini harus dimanfaatkan secara maksimal agar pertemuan itu bisa lebih berkualitas. Maka gerakan social bisa diawali pemahaman dasar tentang mengelola keluarga dan juga bisnis untuk membantu keuangan keluarga. Selama ini para ibu tidak memiliki ilmu bagaimana mengatur keluarga lebih khusunya dalam mendidik anak, bisa diadakan seperti parenting. Pemahaman inilah yang nantinya bisa membantu para orang tua dapat mendidik anaknya secara baik menurut agama dan psikologi.
Berikutnya elemen yang tidak kalah pentingnya adalah bapak-bapak, ini yang dikalangan masyarakat kurang adanya pembenahan karena kesibukan para bapak untuk mencari nafkah bagi keluarga. Namun gerakan pemberdayaan social bisa dilakukan melalui RT, RW dan Masjid. Kegiatan yang dilakukan RT dan RW bisa seperti bagaimana masyarakat bisa saling berinteraksi dengan baik, bisa melalui kerja bakti atau ronda malam. Dalam hal pembinaan agama bisa dilakukan melalui masjid, kajian-kajian yang selama ini diadakan masih bersifat umum. Yaitu masih terbatas pada kajian tentang ibadah, pengembangan materi bisa diberikan berupa muamalah seperti pandangan islam tentang ekonomi, bermsayakat dan lain-liannya.
Elemen yang terakhir adalah remaja, remaja yang menurut Data dari BKKBN 157,05 juta pada tahun 2010. Angka tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 207 juta pada akhir 2035. Dan diperkiraan tahun 2030 mencapai 70% penduduk produktif sedangkan sisanya 30% adalah penduduk yang tidak produktif. Dari data tersebut, bonus demografi yang dialami Indonesia. maka butuh penanganan serius untuk bisa menjaga generasi harapan bangsa ini, selama ini banyak masalah-masalah social yang ada pada kalangan remaja.

Ibu memang sangat berperan dalam membentuk kepribadian seorang anak, namun lingkungan yang tidak kondusfi bisa mengkikis bekal-bekal yang telah diberikan oleh orang tua. Kegiatan remaja di masyakarat masih banyak dilakukan dengan pengajian-pengajian yang menurut beberapa remaja sudah tidak sesuai. Butuh langkah yang jitu agar para remaja tertarik pada kegiatan kegamaan, disinilah peran agent social untuk mengemas kegiatan tersebut agar lebih menarik, kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara :
Kegiatan pertama adalah dimulai dengan pendekatan minat dan bakat mereka, kita mengarahkan sesuatu yang menjadi kesukaan mereka yang tetap dalam koridor islam. ketika mereka sudah nyaman maka mulai memberikan pemahaman tentang agama yang dilakukan secara mengasikan, seperti kajian-kajian yang menggunakan audio visual yang tidak membuat mereka cepat jenuh. Pembinaan kelompok-kelompok kecil tentang membahas agama bisa dilakukan agar mereka lebih nyaman ketika bertanya tentang agama. Hal terakhir yang harus dilakukan agar mereka tetap mau bergabung dengan kita, maka bisnis bisa kita berikan agar mereka tidak hanya mendapatkan ilmu, mengembangkan bakat namun juga menghasilkan uang.
Dan kegiatan ini bisa dilakukan ketika Orang tua mereka memehami tentang agama, orang tua akan selalu mendukung kegiatan bagi anaknya selama itu positif. Maka pembenahan harus dilakukan secara komprehensif agar hasilnya bisa secara maksimal. Kegiatan semua ini bisa dilakukan dari masjid, mercusuar syiar islam. karena di dalam masjid ketiga elemen ini memiliki wadah. Dan memudahkan dalam pengintergasian program. Wallahu’alam bishowab


0 komentar: