Kamal
Ibrahim
Penerima
Manfaat Beasiswa Dompet Dhuafa – STEI SEBI
Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal
saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika
salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya
dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
Hadist tersebut menjadi “ tamparan ” bagi
bangsa Indonesia terutama dikalangan umat Islam. kita belum bisa berbuat banyak
seperti kaum anshar yang menerima secara istimewa kaum muhajirin. Walaupun mereka baru mengenal namun bentuk
kecintannya begitu luar biasa kepada saudara mereka.
Peristiwa
pengungsi rohingnya yang saat ini tengah terkatung-katung nasibnya karena
genosida yang dilakukan oleh Burma dan terkesan dibiarkan oleh pihak pemerintah
setempat belum bisa kita jamu layaknya kaum anshar menerima kaum muhajirin. Etnis rohingnya mengalami peristiwa
seperti itu sejak beberapa tahun terakhir, mereka terusir dari negeri mereka
karena dianggap tidak sesuai dengan etnis di Myanmar. Etnis rohingya sendiri
merupakan salah satu etnis muslim yang berada di Myanmar, tidak sedikit
sikasaan dan pengucilan yang dilakukan oleh pihak Myanmar terhadap etnis
rohingnya.
Isu ini semakin hangat setelah mereka
terlunta-lunta di tengah laut karena ingin bermigrasi ke negeri yang mereka
anggap aman terutama ke negara yang jumlah muslimnya banyak. Masyarakat
rohingnya ingin mendapatkan kehidupan yang layak seperti kehidupan manusia
umumnya. Harapan mereka hampir sirna setelah mereka tak kunjung mendapatkan
suaka dari negara muslim bahkan menambah panjang deretan penderitaan yang
mereka harus terima. Bagai seorang kekasih yang ditemui oleh pasangannya,
mereka begitu bahagia ketika ada orang yang peduli untuk menolong mereka. Bukan
dari kalangan pejabat atau konglomerat yang menolong mereka. Hanya sekumpulan
nelayan yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi yang membantu mereka.
Dan jawaban
mereka atas “ mata nashrulloh ?? ”
telah dijawab oleh Allah dengan dikirmnya sekolompok nelayan terhadap mereka.
Bahkan pemerintah Indonesia siap menampung 12.000 pengungsi rohingnya selama
satu tahun di Indoensia. Dan negara-negara muslim lainnya pun hadir untuk
memberikan bantuan kepada mereka termasuk Turki dan Arab Saudi. Ini semua
mereka lakukan karena bentuk cinta mereka terhadap saudara mereka. Satu sisi
ini menjadi ujian bagi imigran rohingnya dan di sisi lain menjadi ujian dari
Allah bagi masyarakat muslim di Indonesia, apakah mereka mau membantu saudara
mereka yang sedang mengalami kesulitan ??? Hanya kita yang bisa menjawab hal
itu.
Langkah yang
tepat pemerintah sebagai representativ dari masyarakat Indonesia, melakukan
langkah yang cepat dengan memberi bantuan kepada para pengungsi. Pemerintah
bersedia untuk menampung mereka selama satu tahun untuk tinggal di Indonesia
bahkan ada wacana untuk memberikan temapat khusus bagi mereka tinggal. Kegiatan
ini menjadi langkah jangka pendek pemerintah dalam menangani imigran asal
rohingnya ini. Dibutuhkan langkah jagka panjang untuk membantu mereka agar
mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Maka pemerintah selaku negara yang
“dituakan” di ASEAN harus mengambil keputusan yang tepat, dengan melakukan
mediasi antara imigran rohingnya dan negara asal mereka (Myanmar).
Kita harus
secara jelas menunjukan sikap ketegasan ketika adanya pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh Myanmar, karena tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia. Bahkan
bisa menyeret mereka ke meja hijau atas tindakan yang mereka lakukan. Inilah
sikap yang harus kita ambil untuk membantu masyarakan marginal yang kurang
dipedulikan oleh negara mereka, ini menjadi bukti bahwa kita menghormati HAM
setiap golongan dan eleman masyarakat.