31 Julie 2015

Antara Pekerjaan dan Pengabdian

Dilema dan kebimbangan menjadi salah satu masaah yang sering dihadapi oleh kalangan remaja saat ini, tak terkecuali seorang aktivis kampus. Namun yang berbeda adalah cara penyelesainnya yang melibatkan Allah Swt sebagai Pemberi solusi terbaik. Mahasiswa tingkat III ini yang sering disapa Baim ini mengalami hal demikian, dia bimbang ketika ada beberapa pilihan yang harus dia ambil. Satu ketika, disaat mahasiswa lainnya sedang sibuk mempersiapkan ujian semester genap, hal yang berbeda dirasakan oleh Baim yang fokus untuk mengikuti tes sebagai “ amil ” disebuah lembaga zakat nasional.
Hal ini dia ambil karena dia harus menghidupi keluarganya. Karena sang ayah sudah masuk waktu pensiun. Hingga semester ini, dia selalu mendapatkan IPK diatas 3,6, sebuah nilai yang cukup baik bagi seorang aktivis kampus. Namun UAS kali ini sangat berbeda, pikirannya buyar karena harus mengikuti ujian masuk sebagai pegawai. Kedua pilihan ini cukup berat, karena seperti yang diketahui selama ini. Ketika orang sudah bekerja, maka tidak sedikit orang yang meninggalkan kuliahnya karena segudang aktivitasnya.

Di tengah kebingungannya, dia medapatkan sebuah masukan dari temannya. “ Im, coba ente piker ulang deh buat jadi amil, saying loh ente tinggalin kuliah ini dan amil juga bukan sebuah pekerjaan yang menjanjikan juga kan ??”. kebimbangan Baim semakin menjadi-jadi ketika dia mendengar hal itu dari temannya. Memang benar pekerjaan amil hari ini bukan sebuah pekerjaan yang menjanjikan dari segi gaji, namun ada hal yang membuat baim tertarik dalam pekerjaan ini. Maka dengan santai baim menanggapi pendapat temannya, “ Hehehe,, iya sih. Tapi gimana ya, ane udah passion banget sih jadi amil. Ada kebahagian yang ane dapat kalo jadi amil.” Sang teman memberikan tanggapan kembali, “ Inget Im, ente kan nyari kerja buat bantu keluarga ente kan. Kalo hasilnya gak seberapa, ente sama aja ngasih harapan palsu kemereka.. hehe” sambil memukul pundak baim.
Ternyata, pendapat temannya membuat Baim berpikir ulang untuk menjadi seorang amil. Maka dia bergegas kembali ke rumah untuk berkonsultasi kepada orang tuanya. Sesampainnya di rumah, dia melihat sang adik yang duduk dengan wajah yang murung. “ De, kamu kenapa ?? tumben cemberut nih,” Kata Baim. Sang Adik pun menjawab, “ Hmm,, aku belum bayaran ka bulan ini, jadi di suruh pulang sama bu guru”. Air mata Baim pun mulai jatuh ke pipinya karena tak kuasa menahan kesedihan dari kisah sang adik, rasa bersalah yang begitu dalam ada di dalam hatinya. Maka dengan tenang dia menjawab, “ De, besok kaka anter ya ke sekolah, kita bayar uang SPP kamu”. Seketika muka sang adik kembali bahagia dan bergegeas untuk masuk ke rumah.

Baim pun duduk di samping ibunya dan berkata. “ Bu, Baim mau daftra jadi amil bulan ini, tapi kenapa jadi bingung gini ya mi.” Dengan penih bijaksana sang Ibu menjawabnya, “ Im, coba kamu ke mushola, minta yang terbaik sama Allah.” Dia pun bergegas untuk ke mushola dan sholat hajat, berharap mendapatkan jawaban yang terbaik dari Allah Swt. Dihari besoknya ketika dia sedang mengantarkan adiknya ke sekolah, dia bertemu dengan kakak kelasnya yang juga sedang mengantarkan adiknya ke sekolah. “ Im, kamu sekarang masih kuliah gak ?? ada lowongan pekerjaan ini. Tapi jadi Amil, lumayanlan kafalahnya. Karena kita butuh akuntan zakat nih” Kata sang kakak kelas. Tanpa berfikir panjang dia menjawab, “ Siap bang, kapan mulai kerja ??, kata Baim dengan muka yang ceria. Obrolan kecil itu berlanjut, dan akhirnya Baim diterima sebagai seorang amil dengan kerja paruh waktu dan dia pun tidak perlu khawatir untuk meninggalkan kuliahnya. 

Klik Di Bawah ini

0 komentar: