Dilema
dan kebimbangan menjadi salah satu masaah yang sering dihadapi oleh kalangan
remaja saat ini, tak terkecuali seorang aktivis kampus. Namun yang berbeda
adalah cara penyelesainnya yang melibatkan Allah Swt sebagai Pemberi solusi
terbaik. Mahasiswa tingkat III ini yang sering disapa Baim ini mengalami hal
demikian, dia bimbang ketika ada beberapa pilihan yang harus dia ambil. Satu
ketika, disaat mahasiswa lainnya sedang sibuk mempersiapkan ujian semester
genap, hal yang berbeda dirasakan oleh Baim yang fokus untuk mengikuti tes
sebagai “ amil ” disebuah lembaga
zakat nasional.
Hal
ini dia ambil karena dia harus menghidupi keluarganya. Karena sang ayah sudah
masuk waktu pensiun. Hingga semester ini, dia selalu mendapatkan IPK diatas
3,6, sebuah nilai yang cukup baik bagi seorang aktivis kampus. Namun UAS kali
ini sangat berbeda, pikirannya buyar karena harus mengikuti ujian masuk sebagai
pegawai. Kedua pilihan ini cukup berat, karena seperti yang diketahui selama
ini. Ketika orang sudah bekerja, maka tidak sedikit orang yang meninggalkan
kuliahnya karena segudang aktivitasnya.
Di
tengah kebingungannya, dia medapatkan sebuah masukan dari temannya. “ Im, coba
ente piker ulang deh buat jadi amil, saying loh ente tinggalin kuliah ini dan
amil juga bukan sebuah pekerjaan yang menjanjikan juga kan ??”. kebimbangan
Baim semakin menjadi-jadi ketika dia mendengar hal itu dari temannya. Memang
benar pekerjaan amil hari ini bukan sebuah pekerjaan yang menjanjikan dari segi
gaji, namun ada hal yang membuat baim tertarik dalam pekerjaan ini. Maka dengan
santai baim menanggapi pendapat temannya, “ Hehehe,, iya sih. Tapi gimana ya,
ane udah passion banget sih jadi amil. Ada kebahagian yang ane dapat kalo jadi
amil.” Sang teman memberikan tanggapan kembali, “ Inget Im, ente kan nyari
kerja buat bantu keluarga ente kan. Kalo hasilnya gak seberapa, ente sama aja
ngasih harapan palsu kemereka.. hehe” sambil memukul pundak baim.
Ternyata,
pendapat temannya membuat Baim berpikir ulang untuk menjadi seorang amil. Maka
dia bergegas kembali ke rumah untuk berkonsultasi kepada orang tuanya.
Sesampainnya di rumah, dia melihat sang adik yang duduk dengan wajah yang
murung. “ De, kamu kenapa ?? tumben cemberut nih,” Kata Baim. Sang Adik pun
menjawab, “ Hmm,, aku belum bayaran ka bulan ini, jadi di suruh pulang sama bu
guru”. Air mata Baim pun mulai jatuh ke pipinya karena tak kuasa menahan
kesedihan dari kisah sang adik, rasa bersalah yang begitu dalam ada di dalam
hatinya. Maka dengan tenang dia menjawab, “ De, besok kaka anter ya ke sekolah,
kita bayar uang SPP kamu”. Seketika muka sang adik kembali bahagia dan
bergegeas untuk masuk ke rumah.
Baim
pun duduk di samping ibunya dan berkata. “ Bu, Baim mau daftra jadi amil bulan
ini, tapi kenapa jadi bingung gini ya mi.” Dengan penih bijaksana sang Ibu
menjawabnya, “ Im, coba kamu ke mushola, minta yang terbaik sama Allah.” Dia
pun bergegas untuk ke mushola dan sholat hajat, berharap mendapatkan jawaban
yang terbaik dari Allah Swt. Dihari besoknya ketika dia sedang mengantarkan
adiknya ke sekolah, dia bertemu dengan kakak kelasnya yang juga sedang
mengantarkan adiknya ke sekolah. “ Im, kamu sekarang masih kuliah gak ?? ada
lowongan pekerjaan ini. Tapi jadi Amil, lumayanlan kafalahnya. Karena kita
butuh akuntan zakat nih” Kata sang kakak kelas. Tanpa berfikir panjang dia
menjawab, “ Siap bang, kapan mulai kerja ??, kata Baim dengan muka yang ceria.
Obrolan kecil itu berlanjut, dan akhirnya Baim diterima sebagai seorang amil
dengan kerja paruh waktu dan dia pun tidak perlu khawatir untuk meninggalkan
kuliahnya.
Klik Di Bawah ini
0 komentar:
Plaas 'n opmerking