30 Mei 2015

ROHINGNYA BAGIAN DARI KAM


Kamal Ibrahim
Penerima Manfaat Beasiswa Dompet Dhuafa – STEI SEBI

Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)


Hadist tersebut menjadi “ tamparan ” bagi bangsa Indonesia terutama dikalangan umat Islam. kita belum bisa berbuat banyak seperti kaum anshar yang menerima secara istimewa kaum muhajirin. Walaupun mereka baru mengenal namun bentuk kecintannya begitu luar biasa kepada saudara mereka.
Peristiwa pengungsi rohingnya yang saat ini tengah terkatung-katung nasibnya karena genosida yang dilakukan oleh Burma dan terkesan dibiarkan oleh pihak pemerintah setempat belum bisa kita jamu layaknya kaum anshar menerima kaum muhajirin. Etnis rohingnya mengalami peristiwa seperti itu sejak beberapa tahun terakhir, mereka terusir dari negeri mereka karena dianggap tidak sesuai dengan etnis di Myanmar. Etnis rohingya sendiri merupakan salah satu etnis muslim yang berada di Myanmar, tidak sedikit sikasaan dan pengucilan yang dilakukan oleh pihak Myanmar terhadap etnis rohingnya.
 Isu ini semakin hangat setelah mereka terlunta-lunta di tengah laut karena ingin bermigrasi ke negeri yang mereka anggap aman terutama ke negara yang jumlah muslimnya banyak. Masyarakat rohingnya ingin mendapatkan kehidupan yang layak seperti kehidupan manusia umumnya. Harapan mereka hampir sirna setelah mereka tak kunjung mendapatkan suaka dari negara muslim bahkan menambah panjang deretan penderitaan yang mereka harus terima. Bagai seorang kekasih yang ditemui oleh pasangannya, mereka begitu bahagia ketika ada orang yang peduli untuk menolong mereka. Bukan dari kalangan pejabat atau konglomerat yang menolong mereka. Hanya sekumpulan nelayan yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi yang membantu mereka.
Dan jawaban mereka atas “ mata nashrulloh ??  ” telah dijawab oleh Allah dengan dikirmnya sekolompok nelayan terhadap mereka. Bahkan pemerintah Indonesia siap menampung 12.000 pengungsi rohingnya selama satu tahun di Indoensia. Dan negara-negara muslim lainnya pun hadir untuk memberikan bantuan kepada mereka termasuk Turki dan Arab Saudi. Ini semua mereka lakukan karena bentuk cinta mereka terhadap saudara mereka. Satu sisi ini menjadi ujian bagi imigran rohingnya dan di sisi lain menjadi ujian dari Allah bagi masyarakat muslim di Indonesia, apakah mereka mau membantu saudara mereka yang sedang mengalami kesulitan ??? Hanya kita yang bisa menjawab hal itu.
Langkah yang tepat pemerintah sebagai representativ dari masyarakat Indonesia, melakukan langkah yang cepat dengan memberi bantuan kepada para pengungsi. Pemerintah bersedia untuk menampung mereka selama satu tahun untuk tinggal di Indonesia bahkan ada wacana untuk memberikan temapat khusus bagi mereka tinggal. Kegiatan ini menjadi langkah jangka pendek pemerintah dalam menangani imigran asal rohingnya ini. Dibutuhkan langkah jagka panjang untuk membantu mereka agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Maka pemerintah selaku negara yang “dituakan” di ASEAN harus mengambil keputusan yang tepat, dengan melakukan mediasi antara imigran rohingnya dan negara asal mereka (Myanmar).
Kita harus secara jelas menunjukan sikap ketegasan ketika adanya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Myanmar, karena tidak sesuai dengan konstitusi Indonesia. Bahkan bisa menyeret mereka ke meja hijau atas tindakan yang mereka lakukan. Inilah sikap yang harus kita ambil untuk membantu masyarakan marginal yang kurang dipedulikan oleh negara mereka, ini menjadi bukti bahwa kita menghormati HAM setiap golongan dan eleman masyarakat.


0 komentar: